NUSAKAMBANGAN - Upaya Ditjen Pemasyarakatan dalam memperkuat citra Pemasyarakatan yang kuat, kredibel, dan dekat dengan publik semakin konkret melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan Sosialisasi Pedoman Strategi Branding Pemasyarakatan yang digelar di Graha Bhakti Pemasyarakatan. Dalam forum yang menghadirkan dua narasumber nasional, Aiman Wicaksono dan Chaca Anissa. Kegiatan ini sekaligus menjadi langkah strategis dalam penetapan 17 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan sebagai pilot project implementasi pedoman branding. Rabu (12/11).
Dalam kesempatan tersebut, Lapas Kelas IIA Permisan mendapat kehormatan besar dengan ditunjuk sebagai pilot project branding Pemasyarakatan dalam bidang batik. Lapas Permisan diwakili oleh Kalapas Permisan dan Kasi Giatja serta jajaran yang hadir langsung menerima arahan terkait pengembangan branding. Kalapas Permisan menyambut baik kepercayaan tersebut dan menegaskan kesiapan satuannya menjadi contoh nasional.
“Penunjukan ini merupakan amanah besar bagi kami. Batik Vermis Nusakambangan bukan hanya hasil pembinaan, tetapi simbol bahwa Pemasyarakatan mampu melahirkan kreativitas dan kontribusi nyata bagi bangsa. Kami akan berupaya maksimal agar program ini menjadi wajah positif Pemasyarakatan di mata publik, ” ujar Dedi Cahyadi.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Drs. Mashudi dalam sambutannya menyampaikan bahwa melalui strategi branding, beliau ingin mengangkat lebih tinggi marwah Pemasyarakatan. "Tugas kita bukan hanya menjaga dan membina, tetapi juga membentuk kembali nilai kemanusian serta menyiapkan Warga Binaan menjadi pribadi yang produktif dan berdaya guna. Pemasyarakatan bukan lembaga tertutup, melainkan lembaga transparan, profesional, dan memiliki kontribusi nyata bagi bangsa." ujarnya.
Hal inijuga sejalan dengan pernyataan dari Aiman Wicaksono yang menekankan pentingnya strategi media yang kuat agar program Pemasyarakatan dapat tampil lebih menarik dan berdampak. Melalui karya batik yang telah menjadi ciri khas Lapas Permisan, Ditjenpas menilai adanya potensi besar untuk menghadirkan narasi positif bahwa Pemasyarakatan tidak hanya menjalankan fungsi pembinaan, tetapi juga melahirkan produk kreatif bernilai budaya.
Melalui kegiatan ini, Ditjenpas menegaskan bahwa penguatan branding Pemasyarakatan bukan sekadar membangun citra, tetapi membentuk jati diri baru yang dipercaya publik. Lapas Permisan diharapkan menjadi contoh bagaimana kreativitas, budaya, dan pembinaan dapat bersinergi untuk menghadirkan wajah Pemasyarakatan yang lebih humanis, profesional, dan berkontribusi bagi masyarakat.

Adhika Yovaldi Salas